PERAN SANITARIAN UPT PUSKESMAS KEMLAGI DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING
STUNTING, saat ini menjadi salah satu topik panas dalam perbincangan di dunia kesehatan. Sebagai salah satu masalah gizi, stunting diketahui menjadi ancaman terbesar bagi kualitas hidup manusia di masa mendatang. Tidak hanya urusan tinggi badan, stuting menjadi penting untuk diberantas karena terkait dengan hambatan pertumbuhan otak anak, penurunan kualitas belajar hingga penurunan produktivitas di usia dewasa, dan ancaman terhadap peningkatan penyakit tidak menular (obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dsb).
Stunting didefiniskan sebagai istilah untuk anak yang secara antropometri lebih pendek dari rata-rata tinggi badan normal anak-anak seusianya (secara tegas dalam standar WHO 2005 disebutkan bila berada dibawah -2 Zscore untuk stunted/pendek dan dibawah -3 Zscore untuk severe stunted/sangat pendek).
Perlu digarisbawahi, hingga saat ini masih banyak orang tua yang tidak menyadari masalah stunting pada anak, karena seorang anak yang stunting umumnya tidak terlihat seperti anak yang bermasalah, dan hal ini seperti dianggap umum di kalangan orang awam, “ bila dari orang tua yang pendek maka wajar bila anak-anaknya juga pendek”. 1 dari 3 balita di Indonesia atau 37,2% nya mengalamo stunting, dan hal inilah yang menjadi tantangan besar tidak hanya bagi Pemerintah namun juga semua sektor yang terkait (Riskesdas 2013).
Seperti halnya masalah kurang gizi lainnya, bahwa secara langsung stunting memang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup serta ancaman penyakit infeksi yang berulang dimana hal tersebutlah yang saling mempengaruhi. Namun bila dilihat lebih dalam bahwa dua penyebab langsung ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh ibu, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, hingga sanitasi di lingkungan mereka.
Mengaitkan isu stunting dan kesehatan lingkungan, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kontribusi penyehatan lingkungan terhadap pengentasan masalah stunting cukup besar, salah satunya penelitian tentang anak-anak di Bangladesh yang terakses air minum bersih, jamban, serta fasilitas CTPS pertumbuhan tinggi badannya 50% bertambah lebih tinggi dibanding anak yang tidak mendapat akses tersebut (Lin A, et al. dalam Environmental Health Perspectives ; vol 122)
Oleh karena itu seorang sanitarian mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting, yang mana sanitarian berperan dalam mengedukasi masyarakat dalam kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat, seperti mengajarkan BAB di jamban sehat (ODF), penatalaksanaan pembuangan limbah popok bayi, perilaku cuci tangan pakai sabun dll. seperti halnya yang telah di laksanakan oleh sanitarian UPT Puskesmas Kemlagi Agustin Vitasari. Amd.KL dalam kegiatan Kelas Ibu hamil dan ibu balita yang di selenggarakan oleh Pemerintah Desa Mojokumpul yang bertempat di Balai Desa Mojokumpul pada hari ini Jumat, 19 Maret 2021.
(M2P)